Peran Guru Dalam Mendisiplinkan Siswa
Pengelolaan
kelas ( classroom management ) berdasarkan pendekatan menurut Weber
diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter
dan pendekatan permisif. Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut.
Pertama,
berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk
mengkontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan
kelas melalui penerapan disiplin secara ketat ( Weber )
Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan zang harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan yang dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan sepihak dari pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan yang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, yaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan zang harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan yang dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan sepihak dari pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan yang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, yaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kedua
pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah uapaya yang dilakukan
oleh guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melekukan berbagai aktivitas
sesuai dengan zang mereka inginkan. Pengertian kedua ini tentu saja bertolak
belakang dengan pendapat pertama. Menurut pandangan permisif, fungsi guru
adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan
aktivitas di dalam kelas, tanpa aharus merasa takut dan tertekan.
Sebelum
membahas bagaimana Peran guru dalam mendisiplinkan siswa, terlebih dahulu
membahas tentang bagaimana Pengelolaan Pembelajaran, serta komponen- komponen
pengelolaan kelas.
Pengelolaan dan Pembelajaran
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi yang sama. Pengelolaan tekanannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran (instruction) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang sama yaitiu tujuan pembelajaran
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang di anggap kurang baik atau tidak apada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang di anggap paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengelami kesulitan belajar untuk materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi yang sama. Pengelolaan tekanannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran (instruction) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang sama yaitiu tujuan pembelajaran
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang di anggap kurang baik atau tidak apada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang di anggap paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengelami kesulitan belajar untuk materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu
2 Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan yang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif. Untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, maka aunsur-unsur pengelolaan meliputi dua tindakan, yaitu ;
1. Model tindakan
a.Preventif , yaitu upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. . Implikasi bagi guru melalui kegiatan preventif ini yaitu sedini mungkin guru mengidentifikasi hal-hal atau gejala-gejala zang dianggap akan mengganggu pembelajaran
Beberapa upaya atau keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mendukung terhadap tindakan prteventis antara lain ;
1. Tanggap /peka, sikap tanggap ini ditunjukan oleh kemampuan guru secara dini mampu dengan segera merespon terhadap berbagai perilaku atau aktivitas yang di anggap akan mengganggu pembelajaran atau berkembangnza sikap maupun sifat negatif dari siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya
2. Perhatian yaitu selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala sesuatu yang muncul. Perhatian merupakan salah satu bentuk keterampilan dan kebiasaan zang harus dimiliki oleh guru.
a. Refrensif, keterampilan refrensif tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan seperti halnya penanganan dalam gangguan keamanan. Keterampilan refrensif sebagai salah satu unsur dari keterampilan pengelolaan kelas
b. Modifikasi tingkah laku
• Modifikasi tingkah laku yaitu bahwa setiap tingkah laku dapat diamati. Oleh karena itu bagaimana dengan tingkah laku yang muncul dengan positif, guru memberi respon positif agar kebiasaan baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara
• Pengelolaan kelompok, untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan beberapa komponen atau unsure yang terkait
• Diagnosis yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsur-unsur yang menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaran.
Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan yang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif. Untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, maka aunsur-unsur pengelolaan meliputi dua tindakan, yaitu ;
1. Model tindakan
a.Preventif , yaitu upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. . Implikasi bagi guru melalui kegiatan preventif ini yaitu sedini mungkin guru mengidentifikasi hal-hal atau gejala-gejala zang dianggap akan mengganggu pembelajaran
Beberapa upaya atau keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mendukung terhadap tindakan prteventis antara lain ;
1. Tanggap /peka, sikap tanggap ini ditunjukan oleh kemampuan guru secara dini mampu dengan segera merespon terhadap berbagai perilaku atau aktivitas yang di anggap akan mengganggu pembelajaran atau berkembangnza sikap maupun sifat negatif dari siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya
2. Perhatian yaitu selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala sesuatu yang muncul. Perhatian merupakan salah satu bentuk keterampilan dan kebiasaan zang harus dimiliki oleh guru.
a. Refrensif, keterampilan refrensif tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan seperti halnya penanganan dalam gangguan keamanan. Keterampilan refrensif sebagai salah satu unsur dari keterampilan pengelolaan kelas
b. Modifikasi tingkah laku
• Modifikasi tingkah laku yaitu bahwa setiap tingkah laku dapat diamati. Oleh karena itu bagaimana dengan tingkah laku yang muncul dengan positif, guru memberi respon positif agar kebiasaan baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara
• Pengelolaan kelompok, untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan beberapa komponen atau unsure yang terkait
• Diagnosis yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsur-unsur yang menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaran.
Setelah membahas tentang bagaimana
Pengelolaan Pembelajaran, serta komponen- komponen pengelolaan kelas. Sekarang
bagaimana peran guru menerapkan disiplin dalam kelas.berikut akan membahas
tentang peran atau tindakan guru dalam menerapkan disiplin kelas.
Hakikat Disiplin Kelas
Secara umum, disiplin
dapat diartikan sebagai ketaatan pada aturan yang ditetapkan. Disiplin kelas
dapat diartikan sebagai;
o tingkat ketaatan siswa terhadap aturan kelas,
dan
o
teknik yang digunakan guru untuk membangun atau
memelihara keteraturan dalam kelas
Disiplin kelas perlu
diajarkan atau ditanamkan pada siswa karena alasan berikut:
o
agar siswa mampu mendisiplinkan diri sendiri.
o
disiplin merupakan pusat berputarnya kehidupan
sekolah.
o
disiplin yang tinggi akan menuju kepada
terciptanya iklim belajar yang kondusif.
o
tingkat ketaatan yang rendah akan menjurus
kepada tidak terjadinya belajar yang diharapkan.
o
jumlah siswa dalam satu kelas umumnya banyak.
o
kebiasaan berdisiplin di sekolah diharapkan
menghasilkan kebiasaan berdisiplin di masyarakat.
Tingkat ketaatan
siswa atau disiplin siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang cukup kompleks
dan saling berkaitan, yang dapat dibedakan atas faktor fisik, sosial, dan
psikologis.
Strategi Penanaman dan Penanganan Disiplin
Kelas
1. Pandangan
terhadap disiplin kelas akan menentukan cara guru dalam menanamkan dan
menangani disiplin kelas. Pandangan tersebut antara lain sebagai berikut.
i)
Pandangan yang berfokus pada guru, beranggapan bahwa
siswa harus mengerjakan apa yang diinginkan oleh gurunya.
ii) Pandangan
yang berfokus pada kepentingan siswa beranggapan bahwa guru harus tahu
kebutuhan siswa dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Sejalan dengan
pandangan ini adalah anggapan yang mengatakan:
(1) pendekatan
yang berhasil dalam membangun disiplin adalah yang menghormati hak individu dan
meningkatkan harkat dan konsep diri; serta
(2) komunikasi
yang terbuka dan jujur antara guru dan siswa sangat perlu dalam penanaman
disiplin.
iii) Pandangan
behaviorisme mengatakan bahwa perilaku dapat dipelajari dan dikontrol. Penanaman disiplin dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain:
·
menjadi model atau memberi contoh,
·
mengadakan pertemuan kelas secara berkala,
·
menerapkan aturan secara luwes,
·
menyesuaikan aturan dengan tingkat perkembangan
anak, serta
meningkatkan partisipasi siswa
Dalam PBM sering terjadi gangguan
ringan sehingga mulai timbul bibit ketidak disiplinan siswa dalam mengikuti
pelajaran. Gangguan ringan dapat diatasi antara lain dengan cara:
1. mengabaikan,
2. menatap
agak lama,
3. menggunakan
isyarat nonverbal,
4. mendekati,
5. memanggil
nama, serta
6.
mengabaikan secara sengaja.
Cara-cara penanganan disiplin kelas
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. memberi
hukuman secara bijaksana, serta
2. melibatkan
orang tua.
. Perilaku agresif dapat diatasi antara
lain dengan cara:
1. menukar
teman duduk,
2. menghindari
konfrontasi,
3. mendinginkan
emosi/suasana,
4. menghindari
kata-kata kasar, dan
5. konsultasi
dengan pihak lain.
Kaitan Hukuman Bagi Kedisiplinan
Siswa.
Institusi sekolah erat kaitannya dengan disiplin. Bahkan di jaman tahun
80 an sekolah-sekolah yang dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat
dan disiplin yang tinggi. “Sekolah itu bagus karena disiplin nya kuat
sekali, buktinya tiap ada anak yang melanggar peraturan dihukum dengan hukuman
yang berat.” Komentar para orang tua siswa di jaman itu. Demikian lah di
jaman itu sekolah yang pandai menghukum siswa nya dengan hukuman berat malah
diburu para calon orang tua siswa.
Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di sekolah
dengan menghukum siswa. Padahal kedua-dua nya tidak saling berhubungan. Karena
terbukti penegakan disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin
yang semu yang lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadar an akan
perbaikan perilaku.
Sebenarnya ada jalan tengah diantara disiplin dan menghukum . Jalan
tengah itu disebut konsekuensi. Sebuah konsekuensi berarti menempatkan siswa
sebagai subyek. Seorang siswa yang dijadikan subyek berarti diberikan tanggung
jawab seluas-luas nya dengan konsekuensi sebagai batasan.
Siswa terlambat masuk sekolah ? solusinya dia terkena konsekensi pulang
lebih telat dari yang lainnya, atau waktu istirahat dan bermain dipotong .
Jangan sampai disitu saja, bicarakan hal ini dengan orang tua siswa, karena
mungkin masalah timbul bukan karena si anak tapi karena masalah orang tua.
Dalam mengatasi masalah terlambat masuk sekolah ini saya punya contoh
menarik. Tidak jauh dari tempat tinggal saya ada sebuah sekolah menengah
atas yang memilih mengunci pintu gerbangnya setiap jam 7 pagi tepat. Anda bisa
bayangkan mereka yang terlambat akan kesulitan untuk masuk karena pintu gerbang
sudah terkunci. Setiap hari akan ada sekitar 10 orang siswa yang
tertahan diluar menjadi tontonan warga sekitar yang lewat di depan sekolah
tersebut. Padahal mereka yang terlambat belum tentu malas, bisa saja
karena alasan cuaca atau hal-hal lain yang tidk bisa dihindari.
Alasan pihak sekolah mungkin bisa diterima, tindakan mengunci gerbang
diambil atas nama penegakkan disiplin dan membuat siswa menjadi sadar akan
pentingnya datang tepat waktu ke sekolah. Tapi sadarkah pihak sekolah bahwa
mengunci siswa di luar bisa mempermalukan harga diri sisw? Bagaimana bila
tetangga atau orang-orang yang mengenali mereka lewat saat mereka terkunci di
luar.
Padahal saat sekolah mau menerapkan konsekuensi atas siswa yang
terlambat, banyak tindakan yang bisa dilakukan, dari memotong jam istirahat
sampai meminta mereka masuk sekolah di hari Sabtu atau Minggu saat teman
-temannya libur. Dengan demikian harga diri siswa terjaga dan siswa menjadi
makin bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya. Siswa juga
menjadi sadar bahwa konsekuensi bertujuan untuk penyadaran dengan mengambil
atau mengurangi hak istimewa mereka .
Mari kita
mengenali apa itu hukuman dan konsekuensi
Hukuman
1.
Menjadikan siswa sebagai pihak yang tidak punya hak tawar menawar dan tidak
berdaya. Guru menjadi pihak yang sangat berkuasa. Ingat “Power tends to
corrupt”
2.
Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang senang maka siswa terlambat
pun tidak akan dikunci diluar.
3.
Bisa dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya terutama bagi siswa yang sering
melanggar peraturan.
4.
Guru cenderung memberi cap buruk bagi anak yang sering melanggar.
5.
Sifatnya selalu berupa ancaman
6.
Tidak boleh ada pihak yang tidak setuju, semua pihak harus setuju. Jadi
sifatnya memaksa.
Konsekuensi
1.
Dijatuhkan saat ada perbuatan yang terjadi dan berdasarkan pada aturan yang
telah disepakati.
2.
Sesuai dengan perilaku pelanggaran yang siswa lakukan.
3.
Menghindari memberi cap pada anak, dengan memberi cap jelek akan melahirkan
stigma pada diri anak bahwa ia adalah pribadi yang berperilaku buruk untuk
selama-lamanya.
4.
Membuat siswa bertanggung jawab pada pilihannya. Anda bisa mengatakan “Kevin
kamu memilih untuk ribut pada saat bu guru sedang menerangkan maka silahkan
duduk di luar selama 5 menit”. Dengan demikian anda menempatkan harga diri anak
pada peringkat pertama. Bandingkan dengan perkataan ini “Kevin, dasar kamu anak
tidak tahu peraturan,…. tukang ribut! Sana keluar….!
Kesimpulan
Peran guru dalam
menegakan Disiplin kelas dianggap perlu diajarkan atau ditanamkan pada siswa
karena alasan :
agar siswa mampu mendisiplinkan diri
sendiri, disiplin merupakan pusat berputarnya kehidupan sekolah, disiplin yang
tinggi akan menuju kepada terciptanya iklim belajar yang kondusif, tingkat
ketaatan yang rendah akan menjurus kepada tidak terjadinya belajar yang
diharapkan, jumlah siswa dalam satu kelas umumnya banyak, dan kebiasaan
berdisiplin di sekolah diharapkan menghasilkan kebiasaan berdisiplin di
masyarakat serta Tingkat ketaatan siswa atau disiplin siswa dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang cukup kompleks dan saling berkaitan, yang dapat dibedakan
atas faktor fisik, sosial, dan psikologis.Banyak pihak
yang masih menghubungkan penegakan disiplin di sekolah dengan menghukum siswa.
Padahal kedua-dua nya tidak saling berhubungan. Karena terbukti penegakan
disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang semu yang
lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadar an akan perbaikan
perilaku. Sebenarnya ada
jalan tengah diantara disiplin dan menghukum . Jalan tengah itu disebut
konsekuensi. Sebuah konsekuensi berarti menempatkan siswa sebagai subyek.
Seorang siswa yang dijadikan subyek berarti diberikan tanggung jawab
seluas-luas nya dengan konsekuensi sebagai batasan.
Saran
Kedisiplinan bagi siswa sangat perlu dikembangkan mengingat, Disiplin
merupakan kunci kesuksesan seseorang, Dalam hal ini para pendidik harus dapat
menanamkan rasa disiplin pada anak sehingga anak akan terbiasa dengan aturan
yang ditetapkan, baik disekolah, keluarga, masyarakat, bahkan Negara.
Selain itu anak akan merasa bahwa harus selalu mengikuti aturan yang ada
sehingga akan terhindar dari hal-hal yang buruk karena dia telah taat pada
aturan. Pada akhirnya si anak membiasakan diri hidup disiplin.
Terapkanlah
budaya disiplin sejak dini, agar anak kita dapat menyongsong hari yang lebih
baik.
Pelanggaran pada kedisiplinan anak hendaknya jangan dikaitkan dengan
sebuah hukuman, bukannya anak menjadi disiplin mlah anak akan membentuk kepribadian
yang menyimpang, coba berfikir kreatif dengan memberikan konsekuensi terhadap
pelanggaran kedisiplinan yang mengutamakan penghargaan pribadi anak sehingga
anak akan lebih merasa dihargai dan mencoba memperbaiki kekurangdisiplinannya
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar