BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam Undang-undang Republik Indonesia, Nomor
20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa tujuan yang
hendak dicapai dalam Pendidikan Nasional adalah Sumber Daya Manusia yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat dan negara.
Lebih
ditegaskan lagi pada pasal 3 Undang-undang RI, nomor 20 tahun 2003 diungkapkan
bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan dimaksud, pada
intinya adalah pembentukan pribadi yang utuh (Burhanuddin, 2007:82).
Peran
sentral guru dalam proses pembelajaran (actual curriculum) juga berarti
peran utama dalam mengimplementasikan kurikulum. Sehingga perlu paradigma baru
untuk menemukan inovasi pembelajaran yang relevan dengan arah perubahan.Dahlan
(dalam Burhanuddin, 2007:81) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu usaha atau
kegiatan yang bersifat disengaja dan disadari dalam memperoleh suatu isu.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang disebabkan individu
mengadakan respons terhadap lingkungan. Orang yang sudah belajar akan nampak
perubahan tingkah lakunya.
Kurikulum
2006 yang berbasis tingkat satuan pendidikan, antara lain ingin mengubah pola
pendidikan dan orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai
proses. Pendidikan sebagai proses merupakan konsep belajar seumur hidup (long
live learning). Pendidikan di sekolah tidak akan mentransfer ilmu yang
instan, berguna sepanjang jaman. Sekolah hanya mampu memberikan kemampuan dasar
untuk belajar mandiri dalam menghadapi tantangan dinamika kehidupan.
Pendidikan
di sekolah dasar adalah sebuah tahap awal untuk melanjutkan belajar ke jenjang
yang lebih tinggi, juga merupakan bekal hidup ketika bergaul di masyarakat.Oleh
karena itu, pendidikan di sekolah dasar disinyalir belum menunjukkan indikasi
ke arah pembelajaran mandiri yang mampu menyadarkan peserta didik bahwa hakikat
dia belajar di sekolah adalah sebagai modal awal dalam pergaulan di masyarakat.
Akan tetapi, yang terjadi di lapangan kaitannya dengan pendidikan di sekolah
dasar tidak lebih hanya mempersiapkan
mental siswa untuk menghadapi ujian semester. Sedangkan penanaman kesadaran
manfaat ilmu bagi peserta didik sering sekali terabaikan.
Guru
Sekolah dasar diharapkan mampu menggunakan berbagai sumber belajar lingkungan
sekitar dalam proses pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan berhasil dengan baik. Dalam penerapan prinsip-prinsip
pembelajaran, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan guru dapat
mengusahakannya melalui berbagai sumber belajar
pembelajaran. Salah satu sumber belajar
pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru kepada peserta didik yaitu
sumber belajar lingkungan sekitar.
Lingkungan
sekitar bagi guru dan peserta didik merupakan suatu komponen pembelajaran yang
efektif untuk proses pendidikan dikarenakan guru dapat memberikan pengarahan
terhadap peristiwa, situasi, atau kondisi sekitar lingkungannya yang dilihat
dan dirasakan oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengenal
lingkungan sekitarnya.
Ada
dua aspek penting dalam pembelajaran, yang pertama aspek hasil belajar, yaitu
perubahan tingkah laku pada diri peserta didik. Yang kedua aspek proses
belajar, yaitu sejumlah pengalaman intelektual, emosional dan keterampilan
fisik pada diri siswa. Di lingkungan sekolah peranan guru sangat penting untuk
menumbuhkan kebiasaan baik yang akhirnya akan membentuk karakter yang lebih
baik, sehingga SDM Indonesia dihargai dan dihormati oleh Negara-negara lain.
Dalam
mata pelajaran IPS sikap dan nilai perlu ditumbuh kembangkan dalam diri siswa
tersurat dan tersirat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sikap dan
nilai itu antara lain adalah kerjasama, bertanggung jawab, obyektif, disiplin,
tekun, kreatif, inovatif, kritis, mandiri, hemat, berani mengemukakan pendapat,
menghargai pendapat orang lain, mencintai bangsa dan tanah air, kepekaan
sosial, suka bekerja keras, dan sebagainya. Jika guru memanfaatkan sumber
belajar lingkungan sekitar dalam
pembelajaran maka sikap-sikap dan nilai ini akan terlatihkan kepada peserta
didik.
Seorang guru yang bijak
seyogianya mampu memfasilitasi peserta didiknya dengan berbagai metode dan
sumber belajar yang beraneka ragam. Dengan sendirinya daya tarik serta minat
belajar peserta didik akan terangsang dengan hal-hal baru yang ditampilkan oleh
gurunya. Berdasarkan pemikiran diatas Penulis memilih judul “Pemanfaatan Lingkungan Sekitar sebagai
Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”.
B.
Rumusan
Masalah
Berangkat dari uraian
di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam kajian ini adalahsebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan lingkungan sekitar?
2. Apakah
hakikat IPS?
3. Bagaimana
pemanfaatan sumber belajar lingkungan sekitar dalam pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar?
4. Apa
kekuatan dan kelemahan memanfaatkan sumber belajar lingkungan sekitar dalam
pembelajaran?
C.
Prosedur
Pemecahan Masalah
Masalah-masalah diatas
akan dibahas secara rinci dengan mengacu kepada studi literatur buku-buku
rujukan yang sesuai. Pembahasan masalah-masalah ini hanya bersifat teoritis
yang berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli yang dirujuk dari beberapa
buku sumber disertakan pula pendapat penulis yang merupakan kesimpulan dari
pendapat para ahli tersebut.
D.
Sistematika
Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, diawali dengan bab
pendahuluan dan diakhiri dengan bab kesimpulan. Dengan rincian sebagai berikut:
Bab I merupakan
bab pendahuluan meliputi : a) latar belakang masalah, b) rumusan masalah, c)
prosedur pemecahan masalah, d) sistematika uraian.
Bab
II berisikan tentang tinjauan teoritis yang berisi tentang : a) pengertian
lingkungan sekitar, b) hakikat IPS,c) pemanfaatan sumber belajar lingkungan
sekitar dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar, d) kelebihan dan kelemahan
memanfaatkan sumber belajar lingkungan sekitar dalam pembelajaran.
Bab III berisikan
kesimpulan.
BAB
II
PEMANFAATAN
LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH
DASAR
A.
Pengertian
Lingkungan Sekitar
Pengertian
lingkungan secara psikologi ialah segala sesuatu yang ada di dalam atau luar
individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau
perkembangannya.Lingkungan itu wujudnya dapat berupa benda-benda tau
objek-objek alam, orang-orang dan karyanya serta berupa fakta-fakta objektif
yang terdapat dalam diri individu, seperti kondisi organ, perubahan-perubahan
organ dan lain-lain. Secara Fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan
material jasmani di dalam tubuh, seperti gizi, vitamin, sistem saraf, dan
kesehatan jasmani. Secara kultural lingkungan mencakup segenap stimulasi,
interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan atau karya orang lain
(Anwar Bey Hasibuan 1994:25)
Lingkungan
mempengaruhi setiap pertumbuhan fisik anak.Seperti suhu, makanan, keadaan gizi,
aktivitas dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ada 4 macam tingkah laku manusia, yaitu ;
1.
Insting, yaitu
aktivitas yang hanya menuruti kodrat dan tidak melalui belajar.
2.
Habits, yaitu
kebiasaan yang dihasilkan dari pelatihan yang berulang ulang
3.
Native behavior, yaitu tingkah
laku pembawaan.
4.
Acquired
behavior,
yaitu tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar. (Wasti Sumanto
2006:82)
Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan sekitar adalah sesuatu
yang dapat mempengaruhi peserta didik melalui fenomena (peristiwa, situasi,
atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
itu sendiri yang terdapat di sekitar dimana peserta didik tinggal dan dapat
merasakan dan melihat peristiwa, situasi, atau kondisi sekitar lingkungannnya.
B.
Hakikat
IPS
Pengetahuan
sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan
(Kurikulum; 2004:2).
Pada hakikatnya
IPS merupakan mata pelajaran yang menjadi bahan dan alat untuk mempelajari,
menelaah dan merefleksikan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di
tengah-tengah kelompoknya, baik masyarakat lokal, regional maupun global dalam
dimensi ruang dan waktu. Dengan demikian IPS merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik untuk menjalani kehidupan dengan
mencermati dan memaknai fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya dan
mengembangkan sikap, moral dan nilai bangsa, dan proses menuju kedewasaan.
1.
Manfaat dan Tujuan Pendidikan IPS di Sekolah Dasar
Dalam kegiatan belajar
mengajar ilmu pengetahuan sosial, peserta didik dapat dibawa langsung
ke dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan lingkungan alam sekitar, peserta didik akrab
dengan kondisi setempat sehingga mengetahui makna serta manfaat mata pelajaran
ilmu pengetahuan sosial secara nyata.
Disamping itu dengan
mempelajari sosial/masyarakat, peserta didik secara langsung dapat mengamati
dan mempelajari norma-norma/peraturan serta kebiasaan-kebiasaan baik yang
berlaku dalam masyarakat tersebut, sehingga peserta didik mendapat pengalaman langsung
adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara kehidupan pribadi
dan masyarakat. Dengan kata lainmanfaat yang diperoleh setelah mempelajari ilmu
pengetahuan sosial di samping mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat,
juga membentuk dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik dengan mentaati aturan
yang berlaku dan turut pula mengembangkan serta bermanfaat pula dalam
mengembangkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (Ischak, 2002:
1.38-1.39).
Setiap bidang
studi yang tercantum dalam kurikulum
sekolah, telah dijiwai oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar (PBM) bidang studi secara keseluruhan. Tujuan ini disebut
tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan
Institusional dan Tujuan Pendidikan Nasional.
Tujuan kurikuler yang
dimaksud adalah tujuan IPS. Secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD
adalahsebagai berikut:
a. Membekali
anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di
masyarakat.
b. Membekali
anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
c. Membekali
anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan warga masyarakat dan berbagai
bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d. Membekali
anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan
terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan
tersebut.
e. Membekali
anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai
dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk mewujudkan tujuan
di atas, guru IPS yang berkewajiban sebagai pengembang kurikulum, senantiasa
harus memperhatikan tujuan tersebut yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) atau bisa disebut Tujuan Pembelajaran Khusus (Ischak, 2002:
1.38).
2.
Peranan
IPS di Sekolah Dasar
IPS di Sekolah Dasar
seperti yang disebutkan dalam manfaat dan tujuan di atas yakni memiliki peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari juga memiliki nilai yang sangat
strategis.Sebagai guru mempunyai pengalaman langsung apabila guru IPS
memanfaatkan lingkungan alamsekitar sebagai sumber belajar.Kemampuan
mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial
yang terjadi di masyarakat.Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat, kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun
sebagai anggota masyarakat.
Sebagai peserta didik
diberi kesempatan untuk: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar untuk
mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk hidup bersama
dan berguna untuk orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan
jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 4).
3. Prinsip-Prinsip Pengajaran IPS
Berikut ini prinsip-prinsip pengajaran IPS, yang harus
diperhatikan oleh seorang guru pada saat hendak mengajar diantaranya:
a.
Dalam
mengajarkan bahan-bahan pada ilmu Pengetahuan Sosial hendaknya dimulai dari
lingkungan yang terdekat (sekitar), yang sederhana sampai kepada bahan yang
lebih luas dan komplek;
b.
Dalam
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pengalaman langsung melalui pengamatan,
observasi maupun mencoba sesuatu atau dramatisasi akan membantu siswa lebih
lebih memahami pengertian atau ide-ide dasar dalam pelajaran IPS;
c.
Pengajaran
IPS harus menarik, dapat digunakan berbagai macam-macam metode;
d.
Dalam
mengajar IPS, ada bagian yang perlu dihafalkan. Latihan dan pengalaman langsung
perlu dilaksanakan melalui suatu kegiatan pemecahan masalah sehingga pengertian
dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep dapat diterapkan (Depdikbud, 1994:
3).
Dalam pembelajaran IPS
yang dimaksud dengan dimulai dari lingkungan terdekat (sekitar) adalah seorang guru harus pandai memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai pembelajaran, misal dalam pembelajaran IPS pada
kompetensi dasar mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan
potensi lain di daerahnya, di dalam pembelajaran ini peserta
didik diminta untuk mengamati petani atau peternak yang ada di lingkungan
sekitar, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal, yaitu peserta didik
langsung mengetahui sumberdaya alam apa saja yang dihasilkan oleh daerahnya.
Oleh karena itu pengalaman secara langsung dapat lebih memahami pengertian atau
ide-ide dasar dalam pelajaran IPS. Selain itu metode yang digunakanpun haruslah
menarik sehingga peserta didik akan terpokus terhadap konsep yang disampaikan.
C.
Pemanfaatan
Sumber Belajar Lingkungan Sekitar dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Manusia dan lingkungan
merupakan dua unsur yang saling terkait yang tidak bisa dipisahkan. Kehadiran
manusia di bumi akan selalu berhubungan dengan lingkungan, baik lingkungan
pisik maupun lingkungan sosial untuk dapat mempertahankan hidupnya. Dalam
kondisi seimbang antara manusia yang menghuni bumi dengan kemampuan bumi untuk
menopang kehidupan, maka tidak akan
terjadi kerusakan –kerusakan lingkungan (Wanardi, 1996: 9).
Mempelajari dari
lingkungan sekitar sangatlah diperlukan dalam pembelajaran IPS. Karena
keharmonisan dengan lingkungan perlu
dipupuk dan dipelihara sebagai pengetahuan. Mempelajari fenomena lingkungan
dapat dijadikan rutinitas tanpa ada batasan waktu, dimana ketika kita melihat
dampak lingkungan terjadi anggaplah seakan berbicara dengan kita. Berkomunikasi
dan berinteraksi positif dengan lingkungan perlu dilakukan sedini mungkin dan
terhadap anak didik, komunikasi itu
menjadi sangat berarti karena mereka pewaris masa depan. Persepsi dan
pengetahuan mereka terhadap alam diperkokoh dengan belajar dari lingkungan dan
berinteraksi dengan potensi yang yang dimiliki alam dan yang lebih jauh bukan
maju dalam iptek saja tetapi imtak lebih diutamakan.
1.
Lingkungan
Sekitar sebagai Media Pengajaran
Pemafaatan media
grafis, tiga dimensi, dan proyeksi pada memvisualkan fakta, gagasan, kejadian,
peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas dalam membantu
proses pengajaran Di luar kelas dengan menghadapkan peserta didik kepada
lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan
proses belajar mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan para peserta didik
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga
lebih nyata, lebih faktual dan kebenaranya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
(Soemarwoto, 2002: 208).
Suatu prestasi
bukan semata dari genetika namun semata-mata
hasil kerja keras, kegigihan, percaya diri, dan sikap pantang menyerah.
Sikap-sikap ini tidak datang ibarat mukjizat, melainkan dilatih, dibiasakan,
dan dibudayakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan, kehidupan
masyarakat (Djojonegoro, 1997: 104-106).
Mengapa menyertakan lingkungan dalam pembelajaran?Blanchard
dalam Materi Pelatihan Terintegrasi buku 2 menjelaskan sebuah hasil penelitian
kognitif yang menunjukkan bahwa sekolah (yang pengajarannya dikelola secara
tradisional) tidak membantu peserta didik dalam menerapkan pemahamannya
terhadap bagaimana seseorang harus belajar dan bagaimana menerapkan sesuatu
yang dipelajari pada situasi baru.Pembelajaran tradisional ini kemudian disebut
sebagai pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang ‘kering’ karena tidak
menyertakan lingkungan bahkan tidak pula memanfaatkan multi media yang
sebenarnya telah tersedia baik di alam maupun pada media buatan.
Cara mengajar konvensional adalah cara mengajar yang banyak
menggunakan metode ceramah. Metode ceramah adalah metode tradisional, karena
sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara
guru dengan peserta didik dalam pembelajaran.
Peserta didik dapat dikatakan pasif karena kegiatan yang
dilakukan adalah duduk, mendengar dan mencatat.Selain itu, tidak mudah bagi
guru untuk mengetahui secara langsung kesulitan yang dihadapi oleh peserta
didik dalam belajar karena penyampaian materi yang searah.Kelebihan dari metode
tradisional adalah guru lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam
mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka melakukan kegiatan yang seragam yaitu
mendengarkan.
Pembelajaran yang sedang populer saat ini adalah
pembelajaran kontekstual.Pembelajaran secara kontekstual adalah belajar yang terjadi
bila dihubungkan dengan pengalaman nyata sehari-hari atau belajar yang
menyertakan lingkungan sebagai salah satu sumber belajar.
Sesungguhnya manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui
perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosio emosional dan
perkembangan kognitif.Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada
seberapa jauh peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya.
Proses pembelajaran jelas merupakan proses komunikasi antara
guru dan peserta didik. Semula guru sebagai komunikator (menyampaikan pesan
komunikasi) dan peserta didik sebagai komunikan (menerima pesan komunikasi).
Kini dalam proses pembelajaran guru sebagai komunikator dan atau komunikan
sementara peserta didik sebagai komunikan juga sebagai komunikator. Ini sesuai
dengan prinsip komunikasi multi arah yaitu komunikasi terjadi antara guru
dengan atau ke peserta didik, terjadi pula antara peserta didik dengan atau ke
peserta didik lain, bahkan antara peserta didik dengan atau ke guru. Komunikasi
demikian akan meninggikan kadar keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Guru dan peserta didik secara bergantian bisa menjadi
komunikator, sehingga proses pembelajaran lebih variatif.
2.
Teknik
Menggunakan lingkungan
Ada beberapa cara
bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar.Diantaranya :
a.
Cara pertama dengan survey, yakni peserta didik mengunjungi lingkungan
masyarakat setempat untuk mempelajari proses sosial, budaya dan kependudukan. Kegiatan belajar dilakukan
siswa melalui observasi, wawancara dengan beberapa orang yang dianggap perlu,
mempelajari data dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah
untuk dibahas bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi
bahan pengajaran.
b.
Cara kedua dengan berkemah. Kemah
memerlukan waktu yang cukup sebab peserta didik harus dapat menghayati bagaimana
kehidupan alam. Kemah sangat cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam,
ekologi, biologi, kimia, dan fisika. Peserta didik dituntut merekam apa yang
iaalami, rasakan, lihat dan kerjakan selama kemah berlangsung.
c.
Cara ketiga adalah karyawisata. Dalam
pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan peserta didik keluar kelas untuk mempelajari
objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah.
Sebelum karya wisata dilakukan peserta didik, sebaiknya direncanakan objek yang
akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan sebaiknya dipelajari. Objek
wisata harus sesuai dengan bahan pengajaran dan sebaiknya dilakukan pada akhir
semester juga harus dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai bidang
studi secara bersama-sama dibimbing oleh guru bidang studi yang bersangkutan.
d.
Cara keempat dengan praktek lapangan.
Praktek lapangan dilakukan oleh peserta
didik untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan khusus. Misalnya UPI
diterjunkan ke sekolah-sekolah untuk melatih kemampuan sebagai guru di sekolah.
Peserta didik SMK dikirim ke perusahaan untuk mempelajari dan mempraktekan
pembukuan, akutansi dan lain-lain. Dengan demikian praktek lapangan berkenaan
dengan keterampilan tertentu sehingga lebih tepat untuk sekolah-sekolah
kejuruan.
e.
Cara kelima melalui proyek pelayanan dan
pengabdian pada masyarakat. Cara ini dilakukan apabila sekolah(guru dan peserta didik secara bersama-sama melakukan
kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat, dan kegiatan lain yang
diperlukan). Proyek pelayanan pada masyarakat mengandung manfaat yang baik bagi para peserta didik
maupu masyarakat setempat. Misalnya para peserta didik membantu
memberikan pelayanan posyandu, perbaikan jembatan, jalan-jalan, kebersihan
liongkungan, penyuluhan KB dan lain-lain.
f. Cara
keenam mengundang nara sumber. Berbeda dengan cara yang telah dijelskan
sebelumnya, penggunaan nara sumber merupakan kebalikannya. Jika pada cara
sebelumnyakelas dibawa ke masyarakat, pada narasumber mengundang tokoh
masyarakat ke sekolah untuk memberikan penjelasan mengenai keahliannya di
hadapan para peserta didik. Misalnya mengundang dokter atau mantri kesehatan
untuk menjelaskan berbagai penyakit, petugas KB(Keluarga Berencana) untuk
menjelaskan keluarga kecil, petugas pertaniaan untuk menjelaskan cara bercocok tanam dan
lain-lain.Kriterianarasumber dilihat
dari keahlianya dalam suatu bidang tertentu
yang diperlukan bukan jabatannya atau kedudukannya.
Sebelum mengundang narasumber
dipersiapkan topik apa yang diminta untuk dibahas, siapa yang paling tepat
membahasnya, kapan waktunya, bagaimana menghubunginya, serta apa yang harus
dilakukan peserta didik pada waktunya.
Enam cara yang
dikemukakan di atas tidak hanya
bermanfaat bagi proses belajar peserta
didik namun lebih dari itu dapat digunakan sebagai media kerja sama sekolah dan
masyarakat. Hubungan sekolah dan masyarakat sangat penting dalam pendidikan
agar memperoleh masukan-masukan bagi program pendidikan agar lebih relevan
dengan kebutuhan masyarakat serta
memperkaya lingkungan belajar para peserta didik di sekolah.
3.
Jenis
Lingkungan Belajar
Dari semua lingkungan
masyarakat yang dapat digunakan dalm proses pendidikan dan pengajaran secara
umum dapat dikatagorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan
sosial, lingkungan alam dan lingkungan buatan.Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan
interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi social,
adat kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan,
struktur pemerintahan, agama dan sistem nilai.
Lingkungan alam adalah
sesuatu yang berkenaan dengan alam seperti keadaan geografis, iklim, suhu,
musim dan sumber daya alam.Lingkungan ala mini sangat tepat untuk mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam.
Lingkungan buatan
adalah lingkungan yang sengaja dibuat atau diciptakan untuk dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia seperti irigasi, bendungan, petamanan, kebun binatang,
penghijauan dan pembakit tenaga listrik. Lingkungan buatan oleh sekolah
dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar.
4.
Langkah-Langkah
Penggunaan Lingkungan sebagai Media Belajar
Langkah persiapan guru
dalam penggunaan lingkungan sebagai media belajar diantaranya :
a.
peserta didik menentukan tujuan belajar
yang diharapkan yang berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar.
b.
Menentukan objek yang akan dipelajari
dan dikunjungi.
c.
Menentukan cara belajar peserta didik pada saat kunjungan berlaku
d.
Guru mempersiapkan surat perizinan.
e.
Mempersiapkan teknis yang diperlukan
untuk kegiatan belajar.
Langkah pelaksanaan
adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai yang direncanakan.
Kegiatan belajar diawali dengan penjelasan petugas mengenai objek yang akan
dikunjungi sesuai dengan permintaan yang telah disampaikan sebelumnya.
Selanjutnya peserta didik dengan
bimbingan petugas melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Kegiatan
diakhiri dengan mengucapkan terima kasih kepada petugas dan pimpinan objek
tersebut.
Kegiatan tindak lanjut
adalah kegiatan belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar
dari lingkungan. Setiap kelompok melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas
bersama-sama Guru meminta kesan-kesan yang diperoleh peserta didik dari kegiatan belajar tersebut
selanjutnya guru menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengan
materi pengajaran bidang studinya.
D. Kekuatan dan Kelemahan Memanfaatkan
Sumber Belajar lingkungan Sekitar dalam pembelajaran
Kekuatan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar adalah:
a. Kegiatan
belajar lebih menarik dan tidak membosankan peserta didik, sehingga motivasi belajar siswa
akan lebih tinggi.
b. Hakikat
akan lebih berarti sebab peserta didik dihadapkan
dalam keadaan alam yang nyata.
c. Bahan-bahan
yang dipelajari lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.
d. Kegiatan
belajar lebih konprehensif lebih aktif
kreatif dan menyenangkan.
e. Sumber
belajar lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam.
f. Peserta
didik dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya,
sehingga dapat membentuk pribadi yang cinta lingkungan.
Kelemahan yang sering
terjadi dalam pelaksanaan berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan
belajar, misalnya:
a. Kegiatan
belajar kurang dipersiapkan pada waktu peserta didik dibawa ke tujuan atau dengan
kata lain tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan
main-main.
b. Ada
kesan dari guru dan peserta didik
kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga
menghabiskan waktu belajar di kelas.
c. Sempitnya
pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Ia lupa
bahwa tugas belajar siswa dapat dilakukan di luar jam pelajaran baik secara
individu atau kelompok.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari serangkaian uraian
yang dibahas pada bab sebelumnya maka dalam bab ini akan diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Lingkungan sekitar adalah sesuatu yang
dapat mempengaruhi peserta didik melalui
keseluruhan fenomena ( peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang
mempengaruhi perkembangan peserta didik tinggal dan dapat merasakan dan melihat
peristiwa, situasi, atau kondisi sekitarnya.
2.
Pada hakikatnya pembelajaran IPS di
sekolah Dasar membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupannya kelak di masyarakat. Selain itu membekali peserta didik
dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat, memilki
kemampuan berkomunikasi dengan warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan
serta bidang keahlian. Serta membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap
mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang
menjadi bagian dari kehidupan tersebut.
3.
Pemanfaatan sumber belajar lingkungan
sekitar pada mata pelajaran IPS dapat dilakukan dengan cara, survey, berkemah,
karyawisata, praktek lapangan, proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat, dan mengundang nara sumber.
4.
Kelebihan yang didapat dalam pemanfaatan
sumber belajar lingkungan sekitar pada
mata pelajaran IPS yaitu kegiatan belajar lebih menarik dan tidak
membosankan peserta didik, sehingga
motivasi belajar peserta didik akan
lebih tinggi, proses pembelajaran akan
lebih berarti sebab peserta didik
dihadapkan dalam keadaan alam yang nyata selain itu bahan-bahan yang dipelajari
lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat dikarenakan sumber belajar
lebih kaya sebab yang dapat dipelajari dari lingkungan sangat beraneka
ragam.Namun selain dari kelebihan yang dimilkinya ada pula kekurangannya
diantaranya kegiatan belajar kurang dipersiapkan pada waktu peserta didik dibawa ke tujuan atau dengan
kata lain tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan
main-main. Selain itu kegiatan mempelajari melalui lingkungan ada kesan
memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu belajar di kelas.
Serta sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam
kelas. Ia lupa bahwa tugas belajar siswa dapat dilakukan di luar jam pelajaran
baik secara individu atau kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Abimanyu, S.,
dkk.(1995). Penelitian Praktis untuk
Perbaikan Pengajaran. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Burhanudin
(2007).Pendekatan Metoda dan Teknik
Penelitian Pendidikan. Purwakarta: UPI Pwk.
Ali, H.M.
(1990). Konsep dan Penerapan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) dalam Pengajaran. Bandung: Sarana Panca Karya.
Chepy, CH.
(1986). Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial,
Surabaya: Karya Anda
Depdikbud,
(1992/1993).Metodik Khusus Pengajaran IPS
di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar.
Depdiknas,
(2003).Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Effendi, R.
dkk.(2005). Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya dan Teknologi. Bandung: Value Press.
Moedjiono dan
Dimyati.Moh. (1991/1992), Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta: Departemen P dan K DIKTI.
Pratomo, S.
(2006).Pendidikan Lingkungan untuk SD.
Bandung: Sonagar Press.
Rusyan, A. T.
(1995). Meningkatkan Mutu Kegiatan dalam
Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Kertanegara.
Sudjana, N. dan
Wari S. (1991).Model-Model Mengajar CBSA.Bandung:
Sinar Baru.
Sudjana, N
(2005). Media Pengajaran. Bandung:
Sinar Baru Algensido Offset.
Sumaatmadja, H.
N. (1980). Metodologi Pengajaran
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. IKIP Bandung.
Universitas
Pendidikan Indonesia.(2006). Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. UPI Bandung
Usman, M. U.
(1995). Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Wasti Sumanto
(2006)Psikologi Pendidikan. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
……….(1994). Didaktik & Metodik Umum. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Dasar.
………..,(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan-Standar
Isi Mata Pelajaran IPS Untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
DIAN WAHYUDIN, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar