1. Sifat rendah hati.
Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan kedudukan
yang dipimpin. Ia bukan orang yang harus terus di istimewakan. Ia
hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari yang
lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan
mengemban amanat. Ia seolah pelayan umat yang diatas pundaknya
terletak tanggungjawab besar yang mesti dipertanggungjawabkan.
Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan dan
kekeluargaan, sebaliknya ke-egoan mencerminkan sifat takabur dan ingin
menang sendiri.
2. Sifat terbuka untuk dikritik.
Seorang pemimpin haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi umat dan
terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun dan
konstruktif. Tidak seyogiayanya menganggap kritikan itu sebagai
hujatan, dan menganggap orang yang mengkritik sebagai lawan. Tetapi
harus diperlakukan sebagai “mitra”dengan kebersamaan dalam rangka
meluruskan dari kemungkinan buruk yang selama ini terjadi untuk
membangun kepada perbaikan dan kemajuan.
3. Sifat jujur dan memegang amanah.
Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati umat
terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat
yang telah diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat umat
menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan
4. Sifat berlaku adil. Keadailan
adalah konteks real yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal
penegakan keadilan itu sebagai sikap yang esensial. Seorang
pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan
seadil-adilnya bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja atau
berat sebelah.
5. Komitmen dalam perjuangan. Sifat
pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi
seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus Istiqamah dalam
menegakkan kebenaran dan keadilan. Pantang tergoda oleh rayuan dan
semangat menjadi orang yang pertama di depan apabila ada yang
hendak mengganggu kelancaran jalannya organisasi.
6. Bersikap Musyawarah. Dalam
term ini pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum adanya
musyawarah diantara orang-orang disekelilingnya dan umat. Sebab
dengan keterlibatan umat terhadap pemimpinnya dari sebuah
kesepakatan bersama akan memberikan kepuasan, sehingga apapun yang
akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama.
izin kopi paste artikel nya , untuk di jadikan dokumen , jika suatu saat membutuhkannya, terima kasih
BalasHapus